Sabtu, 16 Juni 2012

PUISI


Karya puisi mengalami perkembangan sesuai dengan pengaruh
yang datang dari Barat. Karya puisi yang saat ini berkembang tidak
terikat lagi oleh aturan-aturan penulisan seperti halnya pada penulisan
puisi lama. Puncak perubahan secara mendasar dalam puisi
terjadi pada Angkatan '45, terutama dipelopori oleh Chairil Anwar.
Ikatan puisi lama sudah ditinggalkan. Kalau puisi lama masih mementingkan
bentuk fisik puisi, puisi modern lebih mementingkan
makna atau bentuk batin puisi.
Berikut contoh puisi karya Chairil Anwar.

Derai-Derai Cemara
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949

1. Struktur Puisi
Puisi terdiri atas dua macam struktur, yaitu:
a. Struktur fisik, meliputi: diksi (diction), pencitraan, kata konkret
(the concentrate word), majas (figurative language), dan bunyi
yang menghasilkan rima dan ritma.
b. Struktur batin, meliputi: perasaan (feeling), tema (sense), nada
(tone), dan amanat (atention).
Pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut bukan saja akan
bermanfaat untuk mengapresiasi sebuah puisi, melainkan juga
ketika kamu akan menulis puisi. Kesatuan dan kepaduan strukturtersebut dapat melahirkan karya puisi yang memiliki nilai seni dan
nilai makna yang tinggi.

2. Citraan dalam Puisi
Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran
dan bahasa yang menggambarkannya. Setiap gambar pikiran disebut
citra atau imaji (image). Adapun gambaran pikiran adalah sebuah
efek dalam pikiran yang sangat menyerupai, yang dihasilkan oleh
penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh
mata (indra penglihatan). Jika dilihat dari fungsinya, citraan atau
pengimajian lebih cenderung berfungsi untuk mengingatkan kembali
apa yang telah dirasakan.
Dengan demikian, citraan tidak membuat kesan baru dalam
pikiran. Kita akan kesulitan menggambarkan objek atau sesuatu
yang disampaikan dalam puisi jika kita belum pernah sama sekali
mengalami atau mengetahuinya. Oleh karena itu, kita akan mudah
memahami puisi jika memiliki simpanan imaji-imaji yang diperoleh
dari pengalamannya.

Ada beberapa jenis citraan yang dapat ditimbulkan puisi, yakni
sebagai berikut.

a. Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan ditimbulkan oleh indra penglihatan (mata).
Citraan ini merupakan jenis yang paling sering digunakan penyair.
Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indra
penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah
terlihat.
Contoh citraan penglihatan dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.

Perahu Kertas
Waktu masih kanak-kanak Kau membuat perahu kertas
dan kau
layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu
bergoyang menuju lautan.
...
Karya Sapardi Djoko Damono
Sumber: Perahu Kertas, 1991

b. Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran
yang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga). Citraan ini
dapat dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi
suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang,
suara mengiang, berdentum-dentum, dan sayup-sayup.
Contoh citraan pendengaran dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.

Penerbangan Terakhir
Maka menangislah ruh bayi itu keras-keras
Kedua tangan yang alit itu seperti kejang-kejang
Kakinya pun menerjang-nerjang
Suaranya melengking lalu menghiba-hiba
Karya Taufiq Ismail
Sumber: Horison Sastra Indonesia 1 :Kitab Puisi 2002

c. Citraan Perabaan
Citraan perabaan atau citraan tactual adalah citraan
yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat
membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat
menemukan diksi yang menyebabkan kita merasakan rasa
nyeri, dingin, atau panas karena perubahan suhu udara.
Berikut contoh citraan perabaan dalam puisi.

Blues untuk Bonie
sembari jari-jari galak di gitarnya
mencakar dan mencakar
menggaruki rasa gatal di sukmanya
Karya W.S. Rendra
Sumber: Horison Sastra Indonesia 1 :
Kitab Puisi 2002

d. Citraan Penciuman
Citraan penciuman atau pembauan disebut juga citraan
olfactory. Dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita
seperti mencium bau sesuatu. Citraan atau pengimajian melalui indra
penciuman ini akan memperkuat kesan dan makna sebuah puisi.
Perhatikan kutipan puisi berikut yang menggunakan citraan
penciuman.Pemandangan Senjakala
Senja yang basah meredakan hutan terbakar
Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua
Bau mesiu di udara, Bau mayat. Bau kotoran kuda.
Karya W.S. Rendra
Sumber: Horison Sastra Indonesia 1:
Kitab Puisi 2002e. Citraan Pencicipan atau Pencecapan
Citraan pencicipan disebut juga citraan gustatory, yakni citraan
yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu
benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam, manis, atau pedas.
Berikut contoh larik-larik puisi yang menimbulkan citraan
pencicipan atau pencecapan.
Pembicaraan
Hari mekar dan bercahaya:
yang ada hanya sorga. Neraka
adalah rasa pahit di mulut
waktu bangun pagi
Karya Subagio Sastrowardojo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar